Monday, September 24, 2018

KISAH SATU MALAM DI GAJAH BOBOK....

Hai...hai Good people!

Tentu kamu setuju ibarat ponsel perlu dicharge maka jiwa dan raga yang lelah dengan hiruk pikuk perlu dimanja dan disegarkan. Nah, salahsatu aktivitas kekinian dengan traveling atau nge-trip.

Adanya tagline Ayo Piknik Biar Ga Panik! makin memberi semangat untuk berlibur. Kabar baiknya, keinginan masyarakat yang semakin gemar berlibur mendapat tanggapan positif oleh perusahaan traveling, pengusaha  hotel atau armada transportasi memberikan tawaran paket liburan yang heboh.

Untuk  wisata lokal, sekarang ini tidak lagi sekedar pantai, gunung atau wisata kuliner orang-orang zaman now suka dengan tempat-tempat dengan sajian berbeda dengan benda atau bentuk yang unik sampai terkesan aneh. 

Pemerintah daerahpun kian berani  'membongkar' potensi alam dengan membuka dan menjadikan beberapa tempat sebagai spot destinasi yang kekinian.

Nah di Sumut ada destinasi yang lagi hits belakangan ini, yaitu BUKIT GAJAH BOBOK.

SEKILAS TENTANG BUKIT GAJAH BOBOK

Nama tempat : Bukit Gajah Bobok
Lokasi :  Tongging, Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Nama Tempat : Taman Simalem Resort
Lokasi : Jalan Raya Merek – Sidikalang Km. 9, Sidikalang, Kodon-Kodon, Merek, Kodon-Kodon, Merek, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara


Adalah Trio perbukitan yang terletak di desa Pangambatan, daerah di sekitaran kecamatan Merek bagian dari kabupaten Karo. Akses ke tempat ini sangat mudah karena berada di jalan lintas kabanjahe-Sidikalang. Bisa dilalui dengan dua rute, pertama dari jalan Berastagi (Berastagi-Kabanjahe-Merek) dan satu lagi melalui Pematang Siantar. Kalau dari Medan jarak sekitar 1000.6km bisa ditempuh dalam 3-4 jam. Nah, kalau tahu Simalem Resort, tempat ini tidak jauh dari gerbang Simalem Resort.

Pada tanggal 8-9 September kemaren, aku dan beberapa teman kemping kesana. Sewaktu kami hendak pulang ke Medan, kami singgah di warung pinggir jalan untuk sekedar minum teh menanti bis dari arah Sdikalang. Aku mengajak ibu pemilik warung mgobrol2 khususnya tentang Gajah bobok ini. Menurut beliau warga kampung sebenarnya tidak pernah memberikan nama Gajah Bobok. Bagi mereka 3 bukit tersebut dikenal dengan buhit natolu seperti ungkapan Batak Dalihan Natolu. Seperti masyatakat lainnya, beliau kaget ketika ramai orang melintasi desa merekq mencari dan naik ke bukit yang tepat di belakang rumahnya.

Awalnya nama Gajah Bobok hanya santer di kalangan anak2 muda yang sering kemping di sana. Menurut mereka bukit-bukit tersebut tampak seperti gajah sedang tidur bila diperhatikan dari jalan lintas Merek-Sidikalang atau dari tempat ketinggian di Siantar. Kedua bukit tertinggi tampak seperti badan gajah yang sedang terbaring/idur dan satu bukit lain yang dekat Danau Toba tubuh bagian atas sampai ke belalainya.

Tempat eksotis dengan pemandangan hijau dan danau Toba memang selalu indah bila tertangkap kamera apalagi oleh anak milenial yang suka Selfi dan mencari tempat yang Instagramable. Nah, begitulah akhirnya tempat ini viral di media sosial dengan nama Gajah Bobok dan menjadi alternatif destinasi wisata khususnya yang suka kemping atau hiking yang tidak terlalu tinggi. 

Menurut plang penanda yang berdiri di pinggir jalan linta, jarak yang akan ditempuh sampai ke puncak adalah 2 km dengan jalan setapak tanah merah. Uniknya, meski hanya jalan setapak rute menuju puncak aman juga untuk mobil dan motor (cakap orang sini disebut kereta). Bagi pengendara baik motor dan mobil di jalan setapak menuju perbukitan tentulah sebuah tantangan. Apalagi kalau kondisi hujan, licin dan berlumpur menguras aderanalin karena jalanan bak trek balapan motor cross atau sirkuit off-road mobil. Bagi petualang dengan berjalan kaki dapat lebih santai menikmati kebun buah dan sayuran di kiri kanan sepanjang jalan.

Pemerintah daerah Karo dan masyarakat setempat sepertinya terus melakukan perbaikan fasilitas misalnya jalan yang makin lebar sehingga pengunjung mudah menemukan lokasi namun tetap mempertahankan keaslian tempat tersebut seperti tanah merah jalan setapak menuju perbukitan. Kami melihat beberapa lahan sedang diratakan dengan alat berat. Kurang tahu apa yang akan dibangun. Wait and see ya,,,



Saat kita sampai di kaki bukit setiap pengunjung harus membayar retribusi Rp. 7500/orang dan Rp. 15000/dengan kenderaan. Kalau penjaga tidak ada biasanya penjaga (warga biasa) akan naik ke atas untuk memintanya.

Meski kelihatannya seperti destinasi yang tersembunyi, para pengunjung bisa bisa menikmati karya Tuhan yang sangat emejing. Berada di atas 1200m permukaan laut, kita dapat menyaksikan hamparan bukit bak permadani hijau, bentangan birunya air air Danau Toba yang menjadi kebanggan Sumatera Utara, indahnya puncak-puncak tertinggi sepertu gunung Sibuaten, Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, bukit air terjun Sipiso-piso, dan menjadi saksi kala sunset maupun sunrise.

Banyak cerita tentang tempat ini dan inilah kisahku satu malam di Gajah Bobok.

KISAH SATU MALAM DI GAJAH BOBOK
Puji Tuhan, weekend di awal bulan September lalu bersama dengan 3 orang teman bersepakat akan menghabiskan satu malam di bukit Gajah Bobok yang masih hits itu.
 Seringkali diskusi rencana nge-trip begitu alot lebih daripada rapat dewan. Komentar yang biasa terdengar "Ah sudah pernah", "Sudah pernah ke sana" "tempatnya udah rame" atau "Gitu-gitu aja". Diskusi bisa berujung tunda or batal atau cari tempat lain saja

Sehari sebelum keberangkatan, papat Paripurnapun dilakukan. Kami akan naik bis Raja Napogos jurusan Medan-Sidikalang. Kamipun berbagi tugas dalam penyediaan perlengkapan dan logistik. Syukurlah, tenda, kompor portable, dan nesting bisa dipinjam dari teman sementara matras harus disewa Rp. 20.000/pc. Untuk urusan logistik, kami bawa nasi dan ikan masak sementara kudapan beli dari swalaya. Berhubung kepastian perlengkapan baru kelar di malam itu, semua perlengkapan akan diambil di Sabtu pagi sebelum keberangkatan. 

Aku kebagian masak sambal teri, telur rebus dan membawa perlengkapan masak dan makan. Lumayan juga tuh..untung semuanya masuk dalam tas kuningku. Siap-siap dengan semua perlengapan..


Sedari pagi pesan di grup whatsapp saling berbalas. Rencananya sekitar jam 9 pagi kami sudah siap sedia untuk berangkat. 2 orang teman berangkat dari loket, aku menunggu di pinggir jalan berhubung rumah berada di jalur lintas, sementara satu orang dijemput di simpang Tuntungan karena harus menjemput kompor dan nesting.

Sewaktu aku sudah berada tempat menunggu masuklah pesan kalau keberangkatan akan delay karena kontak untuk peminjaman matras tidak bisa dihubungi (hm..udah kayak mo naik pesawat aja).

Aku memutuskan naik amgkot menuju Simpang Tuntungan menyusul teman daripada terus berdiri tanpa kepastian, sendirian lagi 🙄

Beribu detik sudah berlalu yang ditunggu belum nongol. Kami lumayan bosan juga...



Saat itu layar ponsel 11.04 akhirnya bis pink Raja Napogos datang menjemput. Tet...Tet..Here we goes...

Menuju Pancur batu jalanan lumayan ramai dan agak macet. Setelah itu lajur aspal hitam sudah normal kembali. Mengikuti kelokan tubuh jalan yang indah sekaligus ektrim dengan jurang di sisi jalan membuat aku beberapa kali harus menahan nafas, lumayan takut meski kuliat semua penumpang maupun supirnya santai saja.



Kabut dan hujan rintik-rintik di daerah ketinggian ini menambah indahnya alam.
 
Langit cerah Berastagi


Makan siang di stasion kecil Raja Napogos di Merek


Hanya sekitar 15 menit kami sudah melihat plang penanda menuju Gajah Bobok. Segera kami berkemas dengan barang-barang di bagasi.

Ini penampakan Bukit Gajah Bobok dari pinggir jalan. Menurut kamu seperti gajah bobok? (thinking)

Duh, plangnya patah 🤔🙄
Begini penampakan jalan setapak dari pinggir jalan lintas Merek-Sidikalang


 Jalan agak becek dan kami saling menghibur dan menyemangati. 
Go go go...prinsip santai saja yang penting sampai.
Kebun masyarakat di kiri kanan jalan

 Tempat yang sedang diratakan, kurang tahu mau dibuat apa.




Nih, kami dah sampai di kaki bukit. Bayar retribusi Rp. 30.000 untuk 4 orang. Pendakianpun dimulai.



Lumayan ngos-ngosan sewaktu mendaki. Tetapi lelah terbayar sewaktu melihat pemandangan indah meski baru di puncak terendah
Tidak berapa lama, kabut dan gerimis menyapa dengan manja. Segera kami gelar tenda..

Meski hanya sebentar, hujan cukup membuat tenda kami basah kuyup sementara kami mengisi perut yang sudah keroncongan

Setelah hujan reda, kami melihat banyak orang yang naik ke atas lagi dan tentu saja kami tergoda naik ke atas juga. Segera kami berkemas dan naik sebelum benar-benar gelap. Sampai di atas kembali gerimis bahkan terdengar gemuruh angin yang kencang.

Udara dingin mulai genit menusuk tulang. Kamipun melawannya dengan memakai alat masing-masing. Lumayan lama juga, untuk membunuh kebosanan kami bermain Truth or dare. Setelah hujan reda, kami menyalakan kompor dan memasak air di depan tenda. Kamipun bernyanyi dan menikmati kerlap-kerlip lampu Simalem resort sementara bintang-bintang sepertinya enggan menampakkan diri kepada kami di malam itu. 

Sampai tengah malampun masih saja terdengar langkah-langkah petualang alam yang ingin menghabiskan malam minggu di puncak ini. Suasana puncak menjadi ramai dengan lantunan gitar dan suara serak tetangga tenda sebelah.  

Pagipun tiba. Kami melakukan saat teduh bersama dan begitu keluar tenda kami mendapatkan pemandangan yang emejing. Selamat Pagi dan Selamat hari Minggu dari Gajah bobok!

Semburat cahaya jingga di ufuk timur masih malu-malu 

 Yeiiii, Lukisan Tuhan yang sangat emejing


Perbuktian hijau dilindungi oleh awan putih yang berarak
 Indahnya Danau Toba...



 Bersama dengan pendaki lain bahkan ada yang sampai ke puncak ujung bukit sono....kamu lihat ga?

Nah, ga asik dong kalau moment indah ini tidak diabadikan

Hembusan angin membuat membuat perut mudah terasa lapar. Puas dengan pesona alam kami kembali ke tenda dan memasak bahan-bahan logistil yang tersisa. Selesai makan dan menyeduh kopi hanyat, rasa kantuk datang. Kamipun mencoba tidur-tiduran di tenda namun tidak begitu nyaman karena matahari mulai terasa terik.

Sekitar jam 2 sore kami bersiap untuk turun dan menyelesaikan petualangan. Tentu saja tidak lupa membawa semua sampah kami. Beberapa tempat terlihat kotor dengan bekas botol minuman dan plastik. 

Berhubung semua ponsel juga sudah penat alias lobet, perjalanan pulang tidak ada acara jepret-jepret tapi yakinlah kami semua sangat senang.

 Minggu yang cerah dan tetap terik meski sudah sekitar jam 2 siang.
Kisah satu malam di Bukit Gajah Bobok berakhir dengan sukacita dan akan menjadi kenangan manis. Salam terakhir dan doapun terucap. Lestari!!!  See ya,,,

Sesampainya di Medan kami langsung makan yang berlemak alias na taboi....mengganti ion-ion dan tenaga yang terkuras hahahahaa....Oh ya, buat yang harus kembali berguru di negeri China, Chai yo!


8 TIPS ASSIK KEMPING DI GAJAH BOBOK
Bagi teman-teman yang ada rencana ke Bukit Gajah Bobok aku ingin berbagi tips persiapan yang harus dilakukan agar kisah liburan kalian lebih indah dan berkesan.

1. Tentukan berapa lama dan kalau perjalanan satu hari saja tentukan pilihan mau lihat sunset or sunrise. Jika perjalanan hanya 1-2 hari saja, pilihan ini menentukan waktu keberangkatan dari           tempat masing-masing.


2. Pastikan jumlah yang ikut karena akan berkaitan dengan perlengkapan jumlah atau besarnya tenda
 
3. Pastikan perlengkapan kemping lengkap seperti senter, pisau, kompor portable + liquid gas + korek api atau mancis untuk menyalakan kompor portable. Bisa berabe kan kalau kompor ga bisa nyala atau malah kehabisan gas. Sementara untuk nesting disesuaikan dengan banyaknya orang jadi ga kelamaan masak kalau terlalu kecil

4. Bawalah air sebanyak-banyaknya dan logistik secukupnya karena tidak ada warung di puncak

5. Pastikan membawa perlengkapan pribadi seperti:
a. Ransel yang kuat
b. Sepatu
c. Baju ganti
d. Kaos kaki
e. Baju hangat +syal+sarung tangan hangat+topi kupluk
f. P3K (khususnya yang punya sakit kambuhan bila di udara dingin)
g. Tisu basah (urusan elap-mengelap beres tanpa mengurangi jatah air yang terbatas)
h. Powerbank. Untuk memastikan ponsel tetap nyala dan bisa mengabadikan tiap momen
i. Plastik serbaguna

6. Untuk hiburan bawa juga gitar atau harmonika. Bernyanyi memecah kesunyian semakin asik

7. Kalau bisa bawalah hammock (tempat tidur gantung yang diikatkan pada pohon itu loh). Terbayang angin semilir membelai dan membuat suasana kemping jadi berbeda  

8. Bawa pulang semua sampah. Mari sama-sama menjaga alam.

Baidewe, siapa yang sudah pernah kesana? Yuk, Silahkan berbagi cerita di kolom komentar ya..


Medan, 24 September 2018
Kisah di Gajah Bobok, 8-9 Sep 2018

1 comment: