Wednesday, June 27, 2018

Cerita saat Pilkada Sumut 2018: Selamat buat Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah (meski........)




Sumut akan menentukan takdirnya pada tanggal 27 Juni 2018, begitulah headline yang beredar baik di dunia nyata maupun dunia maya. Seyogyianya ada 3 pasang calon yang digadang akan bertarung merebut hati masyarakat SUMUT. Sayangnya, pasangan incumbent gugur dan memastikan SUMUT hanya memiliki 2 pasangan calon gubernur/wakil gubernur. 

Teng! Duel 2 calonpun di mulai. Beradu ide dalam program bahkan debat langsung sebanyak 3 kali maupun dalam kampanye berlangsung sampai batas waktu yang ditentukan dengan jargon Eramas untuk paslon nomor satu Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah dan Djoss untuk paslon nomor 2 Djarot Saiful Hidayat -Sihat PH Sitorus.

Dalam diskusi dengan beberapa teman aku menemukan adanya gairah yang lebih dahysat untuk memilih kali ini. Setidaknya memang tidak ingin kecolongan untuk yang ketiga kalinya setelah gubernur pada 2 periode berturut-turut sebelumnya terbukti bersalah selama menggunakan jabatannya.

Terdengar dan terlihat para pendukung saling sindir dan berusaha memunculkan kekuatan tim pilihannya. Bersaing secara sehat tentu inilah impian kita semua.

Sayangnya, duel ini menjadi tidak biasa dan menciutkan nyali saat tim paslon 1 memainkan taktik politik identas, suatu taktik yang begitu disorot saat pilkada DKI tahun lalu.

Taktik ini kembali digemakan bahwa kepemimpinan di Indonesia ini hanya milik agama Islam dengan syarat kedua calon pemimpin harus sesama muslim. Santer kudengar di beberapa media bagaimana politik ini dimainkan seolah-olah SUMUT sedang bertarung antara kaum Suci dan Kafir atau Muslim dan Non-muslim. Saya juga dikirim foto baliho besar yang bertengger di beberapa lokasi strategis kota Medan lengkap dengan menyatakan dosa dan hukuman apa yang akan diterima bila hal tersebut tidak diikuti.

"Ada gulai kambing campur kentang, dan ada gulai anjing tambah kentang, maka pilihlah gulai kambing campur kentang. Jangan katakan kentang bisa menghalalkan anjing. Calon muslim berpasangan dengan non muslim, itu sama dengan gulai kentang campur anjing"

Tentu saja ini dialamatkan kepada paslon nomor 2 dimana calonnya beragama berbeda.

Dengungnya semakin kencang dan terdengar meluas dalam dakwah oleh pemimpin agama yang "turun gunung" dengan mengangkat tema tersebut termasuk saat lebaran bahkan dalam pesan berantai aku membaca hal ini akan disebarkan di semua mesjid dan mushola seluruh SUMUT sampai hari pencoblosan.

Ah, seketika aku lemas! Kalau sudah begini cerita apapun tentang Program yang baik dan Pribadi yang mumpuni dan berpengalaman akan bernilai NOL BESAR. Saya bisa membayangkan tentulah teman-teman yang muslim akan lebih memilih nikmat janji Sorgawi dibandingkan nikmat duniawi yang sejatinya adalah tema duel kali ini. UUD'45 menjamin kebebasan WNI untuk menjadi pemimpin negeri karena itu politik identitas adalah kecurangan dan penghianatan!

Isu ini ternyata berhasil memecah belah. Di akhir masa kampanye sudah terasa bahwa duel ini seperti yang diinginkan seolah-olah antara kaum Suci dan Kafir atau Muslim dan Non-muslim dan akupun hampir menyetujuinya. Bukan! Sekali lagi ini bukan duel tentang agama!

Namun, aku terhibur dengan banyaknya teman-teman muslim yang ternyata menentang dan melakukan perlawanan terhadap politik tersebut. Sangat disayangkan, teman debat dari pendukung paslon nomor 1 akhirnya memilih golput karena takut dosa dan tidak setuju karena paslonnya telah menggunakan cara itu. Tentu saja aku juga akan melawan jika hal tersebut dilakukan oleh tim yang kudukung.

Aku tergoda utuk menanyakan kesiapan beberapa teman yang lain, banyak yang apatis dan memastikan golput dan yang lain malah tidak tahu prasyarat yang harus dipenuhinya sebagai pemegang KTP SUMUT. Tentu ini bisa jadi gambaran masyarakat dan benar saja kehebohan terjadi di menit-menit terakhir.

Bahasan pilkada menjadi hambar. Tersedu aku menyampaikan isi hati kepada Tuhan dan berharap padaNya sebuah keajaiban. Amin! Apakah aku menemukan keajaiban? Ya, tentu saja. Keajaiban saat semangat masih ada dan tidak membatalkan rencana pulang kampung meski sudah kuprediksi apa yang akan terjadi. Begitu juga dengan teman-teman lain yang tetap pulang kampung menjemput haknya bahkan beberapa komunitas memfasilitasi mahasiswa dan pekerja untuk pulang kampung secara GRATIS sampai dini hari tepat di tanggal pencoblosan.

Done! aku mencoblos di TPS 7 di kelurahan Nusa Harapan dan menikmati taman kota Pematang Siantar sekelak sebelum kembali ke Medan.






Tidak mengejutkan ketika menerima pesan bahwa pasangan calon nomor 1 unggul dalam perhitungan cepat meski tetap menantikan hasil rekapitulasi dari KPU.

Selamat buat Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah
Semoga amanah dan menjadi gubernur bagi SEMUA warga SUMUT
(meski telah membiarkan cara khianat demi keuntungan tim anda)

Selamat buat Djarot Saiful Hidayat -Sihat PH Sitorus
Sudah melakukan tugas dan hak sebagai WNI sampai purna
Selamat melayani dimanapun Allah menempatkan untuk berbakti


Selamat datang guberbur baru!
Selamat buat warga SUMUT!
Bersama kita bekerja memperbaiki wajah sumut supaya lebih baik dan sejahtera.
SUMUT adalah milik kita Semua. Tosss!


Horas!
Njuah-juah!
Mejuah-juah!
Horas banta haganupan!
Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!
Yaahowu
Ahoii


Sampai Bertemu Pilkada SUMUT 5 tahun lagi!

Wednesday, June 20, 2018

LIRIK DAN TERJEMAHAN BORN TO TRY-NOSTALGIA DENGAN DELTA GOODREM (PART 1)

Halo kawan2...libur telah usai-bagi yang liburan lebaran hehehe..Kalau aku harus siaga semenjak senin lalu (curhat nie yee). Sewaktu otewe ke kantor dan check warga dumay lewat fesbuk eh ada notifikasi kenangan 4 tahun silam kala aku ngefans dengan si Delta Goodrem. Agak berkerut juga dahiku (sikit) siapa tahe cewek ini. Coba kuputar lagi lagu yang kuposting itu, eh enak kudengar.

Ohh,,,,aku baru teringat kenangan kala itu tapi ga usahlah dibahas lagi cukup dikenang sajalah ya.
Kayaknya lagu dan pribadi Delta ini kurang populer kalau di Indonesia ya, akupun ga tau banyak. Wajahnya familiar dikit karena dulu pernah nonton film serial "neighbours" dari negeri kangguru, dia dapat peran di film itu. Selain itu biodatanya menunjukkan dia seorang penulis lagu dan penyanyi. Beberapa lagunya ternyata banyak yang ngehits juga. Plok plok mantap ya ..

Baidewe, jadi tertarik aku dengar lagu hitsnya dan coba kusimpan liriknya disini untuk dikenang dikemudian hari (cieeeee..)


BORN TO TRY (2003)
Meski udah jadul tapi nyawa lagu ini memberiku semangat hari ini seperti kenangan 4 tahun yang lalu.


Doing everything that I believe in,
(Melakukan semua yang kuyakini)
Going by the rules that I've been taught, 
(mengikuti aturan yang telah diajarkan)
More understanding the world surround me, 
(untuk semakin mengerti akan dunia di sekitarku) 
And protected from the walls of love, 
(dan terlindung dari hidup tanpa kasih)
 All that you see is me, 
(Lihat, inilah aku apa adanya)
And all I truly believe,  
 (dan aku percaya)
That I was born to try,
(bahwa aku terlahir supaya berusaha/tidak putus asa)
I've learned to love,
(aku belajar untuk mengasihi)
Be understanding and believe in life, 
(memiliki pengertian dan keyakinan selama hidup)
But you gotta make choices, 
(tapi kamu harus menentukan pilihan) 
Beyond the rights, 
(lebih dari sekedar apa yang menjadi hakmu )
Sometimes you gotta sacrifice The things you like
(terkadang kamu harus mengorbankan hal yang kamu suka)
But I was born to try.
(tapi aku terlahir supaya berusaha/tidak putus asa)
No point in talking what you should have been
(Tidak ada gunanya membicarakan hal yang memang seharusnya kamu lakukan )
And regretting the things that went on
(dan menyesali semua yang telah terjadi)
 Life's full of mistakes, destinies and fate
(hidup sarat dengan kesalahan, tujuan hidup, dan kejadian di luar kehendak) 
Remove the clouds and look at the bigger picture
(bersihkan pandanganmu dan lihatlah gambaran yang lebih luas/besar) 
And all that you see is me
(Lihat, inilah aku apa adanya)
And all I truly believe

 (dan aku percaya)
That I was born to try,
(bahwa aku terlahir untuk mencoba (tidak putus asa) )
I've learned to love,
(Aku diajarkan untuk mengasihi)
Be understanding and believe in life, 
(milikilah pengertian dan keyakina selama hidup)
But you gotta make choices, 
(tapi kamu harus membuat pilihan) 
Be wrong or right
(salah atau benar )
Sometimes you gotta sacrifice The things you like
(terkadang kamu harus mengorbankan hal yang kamu suka)
But I was born to try.
(tapi aku terlahir untuk mencoba (tidak putus asa)
Nah, bagus banget liriknya kan? 

Kawan, Hidup selalu memberikan tantangan, yaitu pilihan. Pemahaman dan keyakinan yang benar membuat seseorang berani untuk membuka diri akan hal yang lebih luas. Menerima kenyataan adalah kekuatan seorang manusia untuk membuktikan bahwa "I was born to try" atau biasa kita bilang "Aku Pasti Bisa! benar adanya. 

Banyak hal terjadi bergantung pada setiap keputusan yang kita ambil namun diperlukan kerendahan hati untuk menerima banyak hal lainnya di luar kehendak kita. 

"I/we was/were born to try" sebagaimana tujuan manusia tercipta untuk berlelah dan berusaha selama hidupnya dan kasih dan mengasihi mengiringi tiap langkahnya. 

---------------------------------------------------------------------------------------- next song--------

20.6.18
-aku mengenangmu-

Tuesday, June 5, 2018

LEMANG, KORA-KORA dan NONGGOK DI PERAYAAN REBU-REBU/PESTA KERJA TAHUN DI DESA GUNUNG SINEMBAH


Eh kawan-kawan pernah klen dengar acara kerja tahun? Bagi kawan-kawan yang tinggal atau punya kampung halaman di daerah Kabupaten Karo atau berada di desa perbatasan dengan Karo tentu sangat familiar dengan acara ini.

Aku sering dengar cerita tentang acara tersebut dari Ibu Kos di daerah Padang Bulan atau teman-teman kampus bersuku Karo. Namun sayangnya belum pernah kesampaian untuk mengikutinya dan biasanya hanya mendapat oleh-oleh cimpa, salah satu makanan khas Karo yang rasanya enak dan unik.

Nah, perasaan campur aduk ketika seorang teman mengundang untuk bertamu saat kerja tahun di daerahnya. Kenangan manispun kembali ditorehkan dalam angan cieeee, mau tahu gimana ceritanya? ini dia tarraaaa....

SEKILAS TENTANG KERJA TAHUN

Setelah membaca beberapa literatur definisi dari Kerja tahun (pesta tahunan) merupakan tradisi perayaan di Kabupaten Karo. Di masa lampau pesta ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun dan dihubungkan dengan kegiatan atau tahapan pertanian yang merupakan mata pencaharian bagi masyarakat Karo. 

Acara ini  dilakukan sebagai pagelaran syukuran kepada Sang Pencipta untuk kegiatan bertanam dan panen yang telah selesau dan memohon berkahNya agar kegiatan ini berhasil dengan panen yang berlimpah. Pelaksanaan acara ini berbeda-beda beberapa daerah, ada yang merayakan di masa awal penanaman (merdang merdem), masa pertumbuhan (nimpa bunga benih),  masa menjelang panen (mahpah) ataupun pada masa panen (ngerires).

Kerja tahun pada umumnya dilaksanakan selama enam hari.
Hari pertama (cikor-kor) merupakan awal pelaksanaan kerja tahun yang ditandai dengan kegiatan penduduk  mencari kor-kor (sejenis serangga yang tinggal dalam tanah) di ladang.

Hari kedua atau biasa disebut cikurung diisi dengan kegiatan mencari kurung (hewan sawah) di areal persawahan

Hari ketiga yang disebut dengan  ndurung adalah kegiatan mencari nurung (ikan) di sungai

Lalu pada hari keempat ditandai dengan kegiatan mantem atau motong, yakni aktivitas  penyembelihan lembu dan babi.

Sementara hari kelima atau matena merupakan puncak dari upacara perayaan kerja tahun.
 Ketika sampai pada puncak perayaan, semua penduduk mengucapkan rasa syukur atas hasil panen dengan saling mengunjungi diantara sesama warga penyelenggara kerja tahun. Dalam acara kunjungan itulah seluruh hidangan yang berasal dari awal kegiatan kerja tahun hingga hari kelima akan disajikan. Namun perayaan kerja tahun belum usai pada hari kelima.

Pada hari keenam dilaksanakanlah nimpa atau kegiatan membuat cimpa (makanan khas Karo yang terbuat dari beras atau ketan). Pelaksanaan kerja tahun berakhir di hari ketujuh atau biasa disebut dengan rebu. Pada hari ketujuh ini tidak ada kegiatan yang dilakukan karena arti dari kata rebu itu sendiri adalah tidak saling menyapa atau bercakap-cakap. Hari rebu lebih merupakan hari istirahat setelah selama enam hari ‘berpesta’.

Selain itu, acara ini juga mempererat hubungan kekerabatan dalam keluarga. Acara ini dimanfaatkan untuk pulang kampung, mengunjungi kerabat, bahkan sarana perjodohan dan hiburan. Uniknya waktu perayaan tidak selalu sama di tiap desa meskipun berada dalam satu kecamatan dan biasanya pesta ini dilakukan selama seminggu dengan berbagai acara menarik.

Kerja tahun menjadi semacam perwujudan prinsip gotong royong dalam masyarakat Karo. Setelah satu tahun disibukkan oleh kegiatan bertani atau berladang yang juga dilaksanakan secara gotong royong, maka hasil dari aktivitas pertanian itu juga harus disyukuri dan dinikmati secara gotong royong pula. Pada masa kerja tahun, seluruh masyarakat kuta saling berbagi kegembiraan tanpa adanya sekat-sekat tertentu.

DIBAWA ASEK AJA, DITINGGAL SIMAS, MASIH ADA SEPADAN ;)

Sabtu sore yang cerah, 2 Juni 2018 adalah kesepakatan 5 cewek tangguh nan cantik (hearteyes) untuk kumpul di terminal Lubuk Pakam menuju desa Gunung Sinembah, kampung halaman teman kami. Bus yang akan kami tumpangi adalah PO Simas dengan keberangkatan paling lama 16.00-16.30WIB.

Demi komando yang lebih baik kamipun terhubung melalui grup whatsapp. Kelima kami memang memiliki kesibukan masing-masing, 2 orang harus bekerja, 1 orang langsung menuju Terminal Lubuk pakam, dan 2 orang siap berangkat kapan saja.
 
Duh, pada layar henpon sudah 15.30 tapi kami bertiga masih berada di daerah Simpang Pos Padang Bulan. Ada rasa galau entah kami akan sampai tepat waktu atau akan ketinggalan bus sambil membayangkan kemacetan di depan sana apalagi saat weekend seperti ini. Sepanjang perjalanan kami saling memberi kabar posisi dan berkejar-kejaran dengan waktu yang semakin mepet.

Update pada jam 16.30 ternyata 1 orang sudah tiba di terminal dan memberi informasi bahwa bus Simas sudah berangkat semua dan hanya ada bus Sepadan yang sedang mengangkut barang sembako. Sayangnya, 1 orang teman mengundurkan diri karena memang posisi masih sangat jauh dari terminal.
Ibarat sebuah nasihat "tidak ada rotan akarpun jadi", Tidak ada bus Simas, Bus sepadanpun jadi". Untunglah bang supir sepadan mau mengangkut kami....Ya udahlah daripada gak jadi kerja tahun kan..

Senangnya lagi, kami bertemu dengan teman semasa di kampus yang akan mengunjungi saudaranya yang akan merayakan kerja tahun di desa yang berdekatan dengan desa teman kami.

Terlihat mentari cerah sedang bersiap kembali ke peraduannya, bus Sepadan dengan penumpang 6 cewek cantik dan tumpukan sembako bergegas meninggalkan terminal.  Here we go.......


Menurut bang supir kami akan tiba di Desa Sinembah kira-kira jam 19.00WIB. Kamipun berusaha menikmati perjalanan. Terhibur juga dengan nama-nama desa yang unik dan lucu ketika melintasi desa demi desa, seperti desa sungai buaya hahahhaaa...(takotttttt adek bang)

Perjalanan kami begitu lancar dan hanya tertunda saat bang Supir harus menurunkan barang sembako kepada pemiliknya. Sepanjang perjalanan dari Galang menuju Gunung Sinembah kami melihat persiapan masyarakat untuk kerja tahun dalam beberapa hari ini.

Horeee biar lambat asal sampai tujuan dengan selamat. Thanks God! Sekitar jam 19.30 kamipun tiba di desa Gunung Sinembah. Kamipun mendapati hal yang sama di desa ini.  Tampak masyarakat sedangmelakukan persiapan menyambut perayaan yang akan dimulai pada tanggal 4 Juni 2018 seperti yang kuliat pada spanduk. Setelah ramah tamah dan makan malam dengan keluarga, kamipun melepas lelah dan tidur.
Desa Gunung Sinembah ini sepertinya perbatasan antara kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun. Setelah desa Sinembah kita sampai di  desa Saran Padang yang merupakan bagian dari kabupaten Simalungun.
Teman saya sebenarnya bersuku Simalungun namun anggota keluarga sepertinya sudah bercampur dengan suku Karo sehingga sudah menyatu dengan kebiasaan adat karo. Kami memanggil ibu teman kami itu dengan sebuatan bibik. Kami juga sangat terhibur dengan kosa-kata baru dan logat yang unik perpaduan antara bahasa Simalungun dan Karo.
Semburat senyum manis mentari menyapa minggu pagi ini menjadi semangat bagi kami yang sibuk dengan mempersiapkan makanan. Udara yang sejuk menawar mulut untuk selalu mengunyah makanan yang memang banyak....alhasil program diet gatot dah..hahahahaa

Rencananya kami bersama bibik akan memasak lemang. (suerr... penasaran coz ga pernah hehhee). Selain itu kami semua sangat tidak sabar untuk mengikuti ritual rebu-rebu, yaitu Nonggok*  di dekat rumah  pada jam 11.00WIB dan biasanya berlangsung selama 2 jam. Jadi memang agak berbeda dengan susunan acara yang kubaca dalam literatur di atas.
JADI TUR-LOK (TURIS LOKAL) SEKELAK...
Kebetulan pasokan gas di rumah udah mulai habis jadi saya bersama teman pergi membeli gas ke desa Saran Padang dengan menggunakan motor. Kutaksir jaraknya lebih dari 15km dengan waktu tempuh 20-30 menit. Sekeliling menghijau dan udara yang segar. Amboi, nikmat apalagi yang kamu dustakan!
Beruntung sekali jalanan sudah beraspal hitam membuat perjalanan lancar dan menyenangkan.
Menurut warga jalanan inipun katanya menjadi penghubung antardaerah bahkan sampai kabupaten Tapanuli Utara...wow!
Sepanjang jalan tak henti-henti memuji betapa indahnya pemandangan dengan pegunungan yang hijau dan hamparan ladang dan sawah.
Terlihat bagai lukisan!
Cekrek sekali ah! Sah ya...
LEMANG ALA KAMI...
Terlihat bibik sedang mempersiapkan santan kuning yang telah dicampur bumbu seperti kemiri, kunyi, merica/lada, garam dan siap untuk dituang ke dalam bambu lemang nantinya. Kamipun masih sibuk dengan daun pisang yang akan dimasukkan ke dalam bambu. Nantinya beberapa lemang akan kami bawa ke Medan sebagai oleh-oleh.

Awalnya terlihat mudah namun ternyata butuh teknik khusus supaya daun pisang memenuhi ruang bambu dengan tepat dan baik sehingga nantinya beras ketan mudah dimasukkan ke dalam.

Akhirnya sekitar 32 bambu sudah berisi beras ketan siap dituang santan kuning dan siap disusun diperapian.
Butuh 2 jam sampai akhirnya lemang turun dari perapian....
Senin pagi sarapan lemang.....
SERUNYA NONGGOK
Kami ketularan heppot* ketika melihat masyarakat melintas di depan rumah menuju kolam ikan yang sudah dipersiapkan. Masing-masing membawa jala ikan dengan karung/goni dipinggang. Sayangnya, kami agak terlambat karena harus mencari jala/nonggok yang ternyata hanya ada hanya 1 buah.

 Keriuhan sudah terdengar....
Tampak semua masyarakat, tua, muda, dan anak-anak tumpah ruah memenuhi kolam dan mulai melakukan berbagai cara untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Terdengar gelak tawa ketika mulai terdengar nada menyerah atau saling mengejek karena ikan tak kunjung masuk dalam jaringnya.

Dua orang teman saya  dengan bermodalkan 1 jala menjadi peserta sementara kami berdua menjadi penonton dan mengabadikan tingkah mereka yang lucu dan seru. Seakan menikmati acara hari ini, mentari begitu cerah bersinar namun tidak menyurutkan semangat mereka termasuk kedua teman saya yang akhirnya pulang membawa ikan kecil.
 Wuih,,,,,ada yang dapat ikan sebesar ini loh.... mantap bah!
Berhubung perut sudah lapar segera kami berkemas pulang ke rumah sementara masih banyak saja orang yang masih berada dalam kolam. Di pingir jalan tampak penjual makanan menemani warga.

Ah, ternyata daging yang dibeli tadi belum dipanggang. Kamipun segera memanggang daging di dapur sembari bersenda gurau melepas lelah dan melihat masyarakat yang pulang dari acara rebu-rebu.

KORA-KORA atau KERA-KERA
Sarapan pagi tadi kami dijamu dengan ikan kering yang mereka sebut dengan kora-kora atau kera-kera. Kami temukan ini di dapur saat memanggang daging. Makanan ini kaya bumbu dan rasanya enak, sepertinya ini menjadi menu wajib di daerah ini.


MEJUAH-JUAH KITA KERINA...

Untuk kepulangan ke Medan ternyata ada 2 pilihan rute dan waktu. Rute bus simas via terminal Lubuk Pakam dengan bus terakhir jam 14.00WIB dan rute via Kabanjahe (dari Saran Padang) dengan bus terakhir jam 16.00WIB. Kami pilih opsi kedua karena kami belum berkemas. 


Sekitar jam 15.00WIB kami sudah pamit kepada keluarga dan diantarkan oleh pemuda setempat yang baik hati ke Saran Padang.

 Disepanjang jalan kami berhenti sejenak menikmati panorama alam yang memang indah


Ealah....kembali drama terjadi, kami nyaris ketinggalan bus karena bus baru saja berangkat dan kami ngebut nyusul ke sebuah titik tempat yang diinformasikan. How lucky we are!


Mobil L300 mengantarkan kami menuju Kabanjahe dan menaiki bus menuju Medan. Hujan menyambut kami tiba di kota Medan sekitar Jam 20.00WIB dengan perasaan tidak karuan karena bus yang kami tumpangi sangat ngebuuut...tetiba teringat wak supir kantor yang konsisten dengan klakson sepanjang jalan supaya yang lain pada minggirrrr.....


Kali ini memang hanya bisa menikmati lemang, nonggok, dan kora-kora dan masih berharap bisa menikmati acara atau makanan khas karo lainnya saat kerja tahun. Belum tahu juga sih apakah ada penganan lain yang akan dimasak oleh bibik selama seminggu ini.

Nah, kawan-kawan khususnya KALAK KARO yuk berbagi kisah kalian saat kerja tahun termasuk menyebutkan acara/kegiatan dan makanan atau minuman yang biasa disajikan dalam perayaan tersebut. Semoga masih ada kesempatan.... 


MEJUAH-JUAH KITA KERINA! NDIGAN KERJA TAHUN  KUTANDU?




catatan:
*bibik = tante
*Nonggok = ritual masyarakat menangkap ikan di sebuah kolam besar dimana ikan sudah dimasukkan seminggu sebelumnya
*heppot = sibuk (bah. batak)
*kora-kora atau kera-kera = ikan kering. Ikan kecil-kecil yang dimasak dengan bumbu gulai dan dibiarkan (di atas perapian) sampai mengering

*Informasi didapat saat sharing dengan teman-teman dan bacaan online
NB: mohon maaf dan mohon koreksi jikalau ada kalimat yang tidak tepat. 



Desa Gunung Sinembah, Kec Gunung Meriah
2-3 Jun 2018