Wednesday, June 27, 2018

Cerita saat Pilkada Sumut 2018: Selamat buat Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah (meski........)




Sumut akan menentukan takdirnya pada tanggal 27 Juni 2018, begitulah headline yang beredar baik di dunia nyata maupun dunia maya. Seyogyianya ada 3 pasang calon yang digadang akan bertarung merebut hati masyarakat SUMUT. Sayangnya, pasangan incumbent gugur dan memastikan SUMUT hanya memiliki 2 pasangan calon gubernur/wakil gubernur. 

Teng! Duel 2 calonpun di mulai. Beradu ide dalam program bahkan debat langsung sebanyak 3 kali maupun dalam kampanye berlangsung sampai batas waktu yang ditentukan dengan jargon Eramas untuk paslon nomor satu Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah dan Djoss untuk paslon nomor 2 Djarot Saiful Hidayat -Sihat PH Sitorus.

Dalam diskusi dengan beberapa teman aku menemukan adanya gairah yang lebih dahysat untuk memilih kali ini. Setidaknya memang tidak ingin kecolongan untuk yang ketiga kalinya setelah gubernur pada 2 periode berturut-turut sebelumnya terbukti bersalah selama menggunakan jabatannya.

Terdengar dan terlihat para pendukung saling sindir dan berusaha memunculkan kekuatan tim pilihannya. Bersaing secara sehat tentu inilah impian kita semua.

Sayangnya, duel ini menjadi tidak biasa dan menciutkan nyali saat tim paslon 1 memainkan taktik politik identas, suatu taktik yang begitu disorot saat pilkada DKI tahun lalu.

Taktik ini kembali digemakan bahwa kepemimpinan di Indonesia ini hanya milik agama Islam dengan syarat kedua calon pemimpin harus sesama muslim. Santer kudengar di beberapa media bagaimana politik ini dimainkan seolah-olah SUMUT sedang bertarung antara kaum Suci dan Kafir atau Muslim dan Non-muslim. Saya juga dikirim foto baliho besar yang bertengger di beberapa lokasi strategis kota Medan lengkap dengan menyatakan dosa dan hukuman apa yang akan diterima bila hal tersebut tidak diikuti.

"Ada gulai kambing campur kentang, dan ada gulai anjing tambah kentang, maka pilihlah gulai kambing campur kentang. Jangan katakan kentang bisa menghalalkan anjing. Calon muslim berpasangan dengan non muslim, itu sama dengan gulai kentang campur anjing"

Tentu saja ini dialamatkan kepada paslon nomor 2 dimana calonnya beragama berbeda.

Dengungnya semakin kencang dan terdengar meluas dalam dakwah oleh pemimpin agama yang "turun gunung" dengan mengangkat tema tersebut termasuk saat lebaran bahkan dalam pesan berantai aku membaca hal ini akan disebarkan di semua mesjid dan mushola seluruh SUMUT sampai hari pencoblosan.

Ah, seketika aku lemas! Kalau sudah begini cerita apapun tentang Program yang baik dan Pribadi yang mumpuni dan berpengalaman akan bernilai NOL BESAR. Saya bisa membayangkan tentulah teman-teman yang muslim akan lebih memilih nikmat janji Sorgawi dibandingkan nikmat duniawi yang sejatinya adalah tema duel kali ini. UUD'45 menjamin kebebasan WNI untuk menjadi pemimpin negeri karena itu politik identitas adalah kecurangan dan penghianatan!

Isu ini ternyata berhasil memecah belah. Di akhir masa kampanye sudah terasa bahwa duel ini seperti yang diinginkan seolah-olah antara kaum Suci dan Kafir atau Muslim dan Non-muslim dan akupun hampir menyetujuinya. Bukan! Sekali lagi ini bukan duel tentang agama!

Namun, aku terhibur dengan banyaknya teman-teman muslim yang ternyata menentang dan melakukan perlawanan terhadap politik tersebut. Sangat disayangkan, teman debat dari pendukung paslon nomor 1 akhirnya memilih golput karena takut dosa dan tidak setuju karena paslonnya telah menggunakan cara itu. Tentu saja aku juga akan melawan jika hal tersebut dilakukan oleh tim yang kudukung.

Aku tergoda utuk menanyakan kesiapan beberapa teman yang lain, banyak yang apatis dan memastikan golput dan yang lain malah tidak tahu prasyarat yang harus dipenuhinya sebagai pemegang KTP SUMUT. Tentu ini bisa jadi gambaran masyarakat dan benar saja kehebohan terjadi di menit-menit terakhir.

Bahasan pilkada menjadi hambar. Tersedu aku menyampaikan isi hati kepada Tuhan dan berharap padaNya sebuah keajaiban. Amin! Apakah aku menemukan keajaiban? Ya, tentu saja. Keajaiban saat semangat masih ada dan tidak membatalkan rencana pulang kampung meski sudah kuprediksi apa yang akan terjadi. Begitu juga dengan teman-teman lain yang tetap pulang kampung menjemput haknya bahkan beberapa komunitas memfasilitasi mahasiswa dan pekerja untuk pulang kampung secara GRATIS sampai dini hari tepat di tanggal pencoblosan.

Done! aku mencoblos di TPS 7 di kelurahan Nusa Harapan dan menikmati taman kota Pematang Siantar sekelak sebelum kembali ke Medan.






Tidak mengejutkan ketika menerima pesan bahwa pasangan calon nomor 1 unggul dalam perhitungan cepat meski tetap menantikan hasil rekapitulasi dari KPU.

Selamat buat Edy Rahmayedi -Musa Rajeksah
Semoga amanah dan menjadi gubernur bagi SEMUA warga SUMUT
(meski telah membiarkan cara khianat demi keuntungan tim anda)

Selamat buat Djarot Saiful Hidayat -Sihat PH Sitorus
Sudah melakukan tugas dan hak sebagai WNI sampai purna
Selamat melayani dimanapun Allah menempatkan untuk berbakti


Selamat datang guberbur baru!
Selamat buat warga SUMUT!
Bersama kita bekerja memperbaiki wajah sumut supaya lebih baik dan sejahtera.
SUMUT adalah milik kita Semua. Tosss!


Horas!
Njuah-juah!
Mejuah-juah!
Horas banta haganupan!
Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!
Yaahowu
Ahoii


Sampai Bertemu Pilkada SUMUT 5 tahun lagi!

No comments:

Post a Comment