Monday, May 20, 2019

Ciara, kamu balas cuka dengan madu!


"Kamu jahat, shal! Tak kusangka!"
"Ciara, aku bisa jelaskan itu, please.."
"Ah untuk apa? Judul skripsi itu sudah disetujui atas namamu kan? Dengar ya, ga perlu hubungi aku"
"Jangan gitu dong, kita kan sahabat. Kasih aku kesempatan"
"Itu dulu. Lupakanlah!”
Shalma terdiam.Tubuhnya kaku. Ucapan Ciara semakin menimbun rasa bersalah. 

Sedari pagi Shalma menunggu Ciara di area parkiran. Kini terparkir 2 mobil saja yang masih menanti tuannya. Terdengar lagu Sorry milik Justin Bieber menemaninya melawan sepi dan membunuh waktu. Berlembar tisu telah habis untuk menyeka keringat yang membasahi kening dan lehernya. Berulangkali ia  menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tidak ada jawaban. 

Ah, itu dia. Shalma melompat kegirangan. Bak filem India ia bersembunyi di balik tiang besar. Seorang gadis mungil yang modis dengan scooter silver sedang memasuki area parkiran. Penampilannya siang ini bernuansa pink senada dengan warna helm berstiker hello kitty. Setelah memastikan motornya telah aman terkunci,  ia menjinjing totebag hitamnya dan berjalan dengan santai. 

"Ciara, aku hendak bicara” Shalma melompat tepat di depannya. Lalu menggenggam erat kedua pergelangan tangan sahabatnya itu.
"Eh, apa pulak ini, aku muak lihat kamu. Awas, lepaskan!"

Dengan sekuat tenaga akhirnya Ciara berhasil melepaskan diri. Ia berlari menjauhi tubuh bongsor itu. Shalma menunduk pasrah. Beberapa detik kemudian ia berlari kepayahan lalu berhenti saat jarak keduanya dekat. Dengan setengah berjongkok ia berusaha mengatur nafasnya. 

Ci, oke aku mengaku... aku bersalah padamu.
Aku..a..aku ga bisa tidur. A..ku ga enak makan beberapa hari ini. Aku kepikiran kamu. Tidak bisakah kamu memaafkan aku? Shalma menangis sesenggukan.
Ciara menghentikan langkahnya. "Baiklah, ayo kita bicara", ucapnya dengan suara datar tanpa menoleh ke belakang. 

Shalma dan Ciara berjalan ke arah ruang diskusi, di lantai 2 gedung perpustakaan kampus.  Hanya 500 meter dari area parkiran gedung jurusan mereka. Siang begini pasti masih padat dan bising. Tanpa suara apalagi canda kedua sahabat ini melewati meja demi meja. Seperti berjalan di atas catwalk sesekali mereka melambaikan tangan dan berusaha melemparkan senyum saat disapa seolah tidak terjadi apa-apa. 

Lorong D merupakan tempat terfavorit mahasiswa, selain karena sepi dan tenang, tepat di bawah jendela besarnya merupakan bagian belakang kantin mahasiswa sehingga efektif dan efisien saat memesan makanan. 

Beberapa meja tampak kosong belum berpenghuni. Ciara yang berjalan di depan berhenti di meja yang berada tepat di dekat jendela. 

"Ayo, bicaralah!, pintanya sambil meletakkan tas di atas meja lalu duduk mencondongkan tubuhnya ke arah Shalma. 
"hmm,,, dengarkan aku sampai selesai baru bicara ya" Terdengar suara Shalma yang sedikit gugup dan kikuk dipelototi oleh Ciara
"Terserah kamu saja"
"Rabu kemaren aku memang mendaftarkan judul skripsi. Sebenarnya setelah diskusi kita sebelumnya, ada sebuah ide menguasai kepalaku sampai tidak bisa tidur nyenyak" Shalma mencoba menjelaskan dengan sangat hati-hati sebelum melanjutkan. 

"Aku penasaran, kucari beberapa buku pendukung dan artikel hasil penelitian yang sudah pernah ada. Entahlah, semuanya tampak lezat seperti Bakpau Hitam Jumbo Pak Karyo. Semuanya tampak lancar saja. Lalu kutuangkanlah semuanya dalam 4 lembar draft"
"Eh, aku bahas topik masalah yang beda koq, coba lihat sendiri" Shalmapun menyorongkan draft proposal yang telah disetujui ke arah Ciara.

Ciara tak bergeming apalagi menyentuh kertas-kertas itu

"Menurutmu, aku harus ngomong apa sekarang? oh ya, lupa. Aku belum bilang selamat ya. Shalma Heyden, selamat anda selangkah lebih dekat menuju wisuda" Ciara akhirnya membuka suara.
"Please deh!"
"Kamu tega Shal! Aku kecewa. Kamu tahu berapa banyak buku yang sudah kukumpulkan sebagai referensi? Kamu tidak tahu siapa dosen dan senioren yang sudah kuajak diskusi kan? Ciara berdiri sambil mengarahkan telunjuknya tepat di kening Shalma yang jerawatan. 
"Sekarang semuanya tiada arti. Kamu berhasil menikung dengan sangat indah, Shal" Ia meluapkan kekesalann yang tertahan selama beberapa hari. 
Teruskanlah! Teruskanlah! Suara merdu Ciara bergema di lorong D.

 Kini hanya tinggal mereka berdua. 

 "Aku minta maaf, Cia" 
"Kenapa harus takut sharingkan ide briliantmu kepadaku? Kenapa main petak umpet saat  mendaftarkan draft proposal itu? Mau mengukir sejarah jadi wisudawan pertama dari angkatan kita ya? Silahkan bu, silahkan! Ciara duduk kembali dengan wajah jengkel.

Shalma gantian berdiri menghadap Ciara sambil mendekap kedua tangannya.

"Jujur saja, selama ini aku iri padamu" IPK mu saja saat ini sudah 3.5 sementara aku masih saja koma 3". 
"Aku tidak ingin kalah lagi, Cia. Kupelajari dengan betul idemu itu"
"Sekarang kamu puas?"
"Awalnya kurasa puas, sekarang aku malah ga tenang. Aku harus mengaku salah padamu". 
"Harapku kamu mau memaafkan aku, please" Tatapannya memelas iba. 
Keduanya beradu pandang sesaat sebelum sama-sama tertunduk. 

Empat cowok masuk. Masing-masing menjepit rokok diantara jarinya dan asap mengepul dari hidungnya.  Terdengar suara berdecit, betapa kasarnya mereka menarik kursi belum lagi saat mereka melemparkan tas sarat beban ke atas meja dengan seenaknya.  
Salahsatu diantaranya berjalan mendekati Shlama, lalu dengan cueknya  berteriak ke pegawai kantin di bawah daun jendela. "Bang, baksonya 4 mangkok, gak pakai lama ya" Ruangan sunyi kini menjadi ramai, seramai emosi yang membuncah di hati keduanya. 

"Ya, sudahlah. Anggap saja tidak berjodoh" Ciara menarik nafas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat.
"Ini untuk kamu, buatlah dengan perfecto" Ciara menyodorkan selembar kertas hvs, ada tulisan judul buku yang lumayan panjang. 

"Biarkan aku bersama semilir angin. Akan kutanya, pada judul mana kami berjodoh. Aku pastikan akan menjadi wisudawan terbaik pertama di bulan September" tambahnya sambil menjinjing totebagnya lalu berjalan meninggalkan Shalma. 

Shalma terdiam. Ekor matanya mengikuti punggung Ciara sampai akhirnya tidak terlihat lagi. Ia paham betul maksud ucapan sahabatnya yang sedang kecewa itu.

"Oh, Ciara, aku butuh kamu untuk menyelesaikan perjuangan ini, batinnya. Ia mengambil dan membaca kertas pemberian Ciara. Iapun menganggukkan kepala. Kemudian kertas dan draft proposal yang sedari tadi tergeletak di meja dimasukkan ke dalam ranselnya.
Ia bangkit dan merapikan kembali kedua kursi yang telah mereka gunakan. 

Setelah beberapa langkah ia berhenti di depan lift dan memencet tombol naik menuju ruang peminjaman buku. Serius, ini kali pertama ia begitu exicited berada di perpustakaan. 

Hey, si bongsor ini akan diwisuda bulan September, tentunya bersama sahabat terbaiknya, Ciara Grizelle. 


Anyone can steal your idea but no one can steak your execution-Nadiem Makarim (CEO GOJEK)

No comments:

Post a Comment