Monday, August 13, 2018

PELIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI ERA KEKINIAN


Kerapkali kita setuju dengan ungkapan "rumput tetangga selalu lebih hijau" termasuk dengan prestasi dan kualitas anak dalam keluarga maupun pendidikan. Kita seringkali terkagum dan memuji prestsi anak dari keluarga lain atau sistem pendidikan negara lain namun masih enggan 'upgrade' diri sebagai orangtua dan pendidik maupun membenahi sistem pendidikan di negara sendiri. 
 
Dunia dan segala isinya berkembang sangat dinamis dan semakin kompleks. Menurut para peneliti, generasi saat ini disebut milenial dan berada pada peradaban teknologi digital yang telah berkembang sangat pesat dan sangat melek dengan internet. Mereka telah berkenalan dengan internet sejak lahir dan menjadikan gawai (gadget) sebagai sahabat baiknya. Dalam mendapatkan informasi generasi saat ini lebih menyukai bentuk visual seperti kanal youtube yang mudah diserap dan sangat kontra dengan kebiasaan membaca oleh generasi sebelumnya. 
Mayoritas orangtua generasi milenial sebenarnya tidak asing lagi  dengan internet dan perangkat digital lainnya hanya saja kemampuan mereka mengolah konten yang tersedia tidak sehebat anak-anak mereka. Mudahnya mereka mendapatkan informasi (tergantung kepada kuota internet) memang membantu orangtua dalam menjelajah dunia namun berdampak buruk dalam perilaku sosial.
Anak adalah peniru. Hal ini seringkali dilupakan. Membiarkan anak bersahabat erat dengan gawai lebih daripada keluarga bisa jadi akar tumbuhnya generasi milenial pembangkang.

Akhir-akhir ini begitu banyak fenomena sosial yang cukup membuat kita mengelus dada. Mulai dari seorang ibu yang membunuh anaknya, suami membunuh istri, anak membunuh orangtua, kasus kehamilan remaja di luar nikah, aksi pornografi yang melibatkan anak-anak sampai kasus perselingkugan dan aborsi. Salah siapa?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengungkapkan, tercapainya keberhasilan dalam dunia pendidikan perlu melibatkan tiga komponen yang sama-sama penting, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Meskipun  masih banyak keluarga yang memandang sekolah adalah pihak yang bertanggungjawab dalam mempersiapkan masa depan anak.

Mari kita kembali pada posisi awal seorang anak. Anak adalah aset keluarga dan negara untuk konteks yang lebih luas. Baik buruk atau berhasil tidaknya seorang anak sangat dipengaruhi oleh 'makanan' yang didapatkan dari keluarganya apalagi dalam konteks dunia mereka saat ini. 

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang ada dalam sebuah masyarakat dan menjadi lembaga pendidikan pertama dan pertama dalam membentuk generasi yang berkualitas. Pakem-pakem benar atau salahnya dalam suatu masyarakat, agama dan negara akan diajarkan orang tua kepada anaknya. Proses sosialisasi ini dimulai dengan proses belajar adaptasi dan mengikuti setiap hal yang diajarkan oleh orang-orang sekitar lingkungan keluarganya, seperti nilai-nilai sopan santun, adab, cara berfikir yang nantinya akan menjadi jati diri dan tampak pada perilaku dan tindakannnya. 
Dari keluargalah segala sesuatu tentang pendidikan bermula. Apabila salah dalam pendidikan awal maka peluang terjdinya distori pada diri anak lebih tinggi. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Melalui lingkungan keluarga inilah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal memberikan pengawasan dan pengendalian perilaku anak sesuai dengan tata perilaku yang benar. Setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di dalam keluarga.

Tantangan Pendidikan di Era Kekinian
Kemajuan teknologi merambah pada dunia pendidikan.  Guru dan buku yang dahulunya sebagai pusat informasi dalam dunia nyata telah digeser oleh sahabat mereka yang bernama gawai yang menyediakan berbagai informasi dalam bentuk maya. Internet bukan lagi sekedar alat kebutuhan hiburan semata. Hal ini sebenarnya memiliki nilai positif baik kepada guru maupun anak didik. Khususnya para guru dapat membenahi kemampuan mengajar yang tidak lagi bertumpu pada kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan sosial dan agama. 
Sebagai peniru, contoh-contoh gaya hidup dan informasi yang bertebaran di dunia maya dijadikan sebagai kebenaran tanpa filter sehingga mereka merasa 'tidak berdosa' memamerkannya dalam kehidupan sehari-hari meskipun sekalipun bertentangan dengan norma. Hal itu terjadi karena rendahnya literasi tidak hanya pada anak tetapi juga masyarakat. Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses. 

Tahukah kita, Indonesia saat ini masih belum merdeka mengentaskan buta aksara bahkan di kelas dunia Indonesia berada di rangking 60 dari 61 negara pada survei minat baca. Hal ini sangat kontra dimana prestasi Indonesia berada di urutan kelima dunia dan keempat pada kawasan Asia sebagai pengguna internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut 80% pengguna internet di Indonesia adalah remaja berusia 15-19 tahun.

Tantangan Orangtua di Era Kekinian
Perubahan sosial ekonomi dan perkembangan teknologi juga berpengaruh pada pergeseran fungsi dan peran keluarga. Kecenderungan proses berkeluarga saat ini lebih mekanis yang membuat peran pengasuhan orangtua terdistorsi. 

Saat ini orangtua tidak lagi sebagai tempat bertanya, tempat berkonsultasi dan sumber nilai yang disebabkan oleh minimnya teladan dan pengetahuan juga disebabkan oleh orangtua juga sibuk dengan dunianya sendiri seperti berdagang atau berbisnis dan kegiatan lain sehingga jarang bertemu dengan anak. Aktivitas orangtua meminimalisir proses sosialiasasi dengan anak. Ketika anak menemukan kesulitan informasi baru, anak lebih memilih gawai daripada bertanya kepada orangtua.
Selain itu, adanya lembaga non-keluarga seperti penitipan anak, kelompok bermain, taman-kanak-kanak telah menyedot sebagian kehidupan anal dari proose di dalam keluarga. Tidak jarang juga orangtua yang super sibuk menyekolahkan anak di sekolah yang ada asramanya. Untuk menebus rasa bersalah bahwa anak tetap mendapatkan keseluruhan pendidikan secara utuh dan murni dan orangtua bisa bekerja di luar. Hal ini membuat orangtua enggan menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal ilmu pendampingan dan pendidikan anak sehingga posisi keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pengembangan pribadi mulai mengalami pergeseran posisi. 

Peranan Orangtua dalam Pendidikan di era kekinian
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama serta memiliki peranan yang strategis dan berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan dapat meningkatkan prestasi belajar anak. 

Dalam menghasilkan generasi yang berkualitas, pemerintah dalam hal ini kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menuangkan tujuan pelibatan keluarga dalam pendidikan dalam UU kementrian Kebudayaan RI no 30 tahun 2017 pasal 2, yaitu: 
1. Meningkatkan kepedulian dan tanggungjawab bersama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
2. Mendorong penguatan pendidikan karakter anak
3. Meningkatkan Kepedulian keluarga terhdapa pendidikan anak
4. Membangun sinergitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat
5. Mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan

Tidak ada gunanya miris dan geleng-geleng kepala apalagi mengelus dada melihat tingkah anak kekinian, saatnya setiap keluarga khususnya orangtua menyadari kembali mandat yang diterima sebagai orangtua.

1. SEDIAKAN WAKTU & BUAT JADWAL BERKUALITAS Bersama Anak (Quality time with Children)
Time is Money begitulah ungkapan bagaimana berharganya waktu. Karena itu, tidak salah pada kenyataannya, dunia yang kompleks ini juga membuat orangtua selalu sibuk dengan dunianya sendiri seperti bekerja mengumpulkan uang sehingga kurang waktu berkumpul dengan keluarga.

Tumbuh kembang anak seringkali dilimpahkan kepada baby sitter atau opa/oma atau lembaga non-keluarga. Hal ini membuat tergerusnya kedekatan (sense of belonging) antara orangtua dan anak. Sayangnya, banyak orangtua menuntut anak supaya progress pada sebuah level tetapi tidak menyadari andil yang dia perankan supaya anak sampai pada level yang dimaksudkan. Akhirnya orangtua kecewa dan marah lalu dibalas anak dengan hal yang sama bahkan dengan perilaku yang ekstrim. 
 Saya lebih setuju orangtua yang MENYEDIAKAN dan bukan MELUANGKAN waktu untuk mengembangkan harmonisasi dan kasih sayang. Jikalau seorang anak adalah aset yang berharga melebihi emas tentulah harus dijaga dan dirawat. Untuk mempersiapkan seorang dewasa yang mandiri dan berkarakter membutuhkan waktu.  Jangan biarkan anak-anak bungkuk karena teknologi tetapi menjadi generasi yang bergerak. 
Buatlah jadwal anda bersama anak sehingga perlahan merebut hatinya dan menggunkan gawai sebagai pelengkap. Dalam kebersamaan itu adalah kesempatan bagi anak dan orangtua untuk saling terbuka dan mendidik karakter, nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip dasar yang akan menjadi pondasi sepanjang kehidupannya. Bisa dilakukan dengan sharing, menonton bersama, belanja bersama, atau bermain game bersama. Tentulah hal ini tidak dapat dilakukan sehari, seminggu, sebulan, atau setahun tetapi seumur hidup karena sesungguhnya tidak ada orangtua yang sempurna dan mendapatkan sertifikat kelulusan dan mendidik anak. 

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Amsal 22:6). 

2. MEMBUKA DIRI Mengenai Dunia Kekinian
Seringkali saya menemukan orangtua yang enggan membenahi dirinya lalu menyalahkan keadaan lalu marah karena anak berperilaku negatif seperti tidak mandiri, tidak patuh, membangkakang, malas belajar, mudah rewel, konsumtif hingga rendah diri. Hal tersebut bisa menimbulkan persoalan anak bolos, drop out atau tidak naik kelas, tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku PR, berkata jorok, tidak disiplin yang dinotabenekan apa yang terjadi pada anak adalah apa yang terjadi di rumahnya.

Tidak dapat dipungkiri perbedaan generasi membuat jarak atau gap antara anak dan orangtua dari sisi teknologi, kebiasaan, keterbuakaa, dan kreativitas. Namun, berhadapan dengan anak kekinian atau sering disebut zaman now seharusnya ditanggapi orangtua yang bersedia menjadi orangtua zaman now. Mari menjadi orangtua yang lebih peduli dengan pemikiran maupun pengetahuan teknologi yang selalu berinovasi. Orangtua harus mengenal konten atau kanal yang mana yang baik dan membahayakan anak. Untuk tontonan televisi, orangtua hanya menyediakan program yang bermanfaat atau setidaknya mendampingi selama menonton.  
Tanpa disadari saat orangtua memperlakukan anak secara negatif karena tidak dapat mengendalikan anak justru menjadi bukti bahwa orangtua harus ada bekal dalam mendidik anak.
Tahukah anda, mengasuh anak tanpa bekal yang benar justru akan membuat Orangtua capek dan  membebani hidup orangtua sendiri. Akibatnya, disadari atau tidak, sebagian besar harga diri anak justru hancur di rumah sendiri akibat cara mengekspresikan kasih sayang orangtua yang tidak tepat: overdosis perhatian atau kurang perhatian.
Karena itu, orangtua perlu membuka diri dengan mengikuti pelatihan seperti pelatihan orangtua PSPA (program sekolah pengasihan anak) dan bagi yang juga memiliki gawai jangan hanya terpaku pada layar dan malas membaca tetapi harus kritis setelah mendapatkan informasi. Mari manfaatkannya untuk membenahi diri seperti pendidikan tentang parenting lainnya yang bisa didapatkan secara online begitu juga terlibat dalam grup-grup entah grup dengan guru/wali kelas ataupun sesama orangtua sehingga dapat saling memantau perkembangan anak. Selain itu, di dunia maya, jadilah orangtua yang terlibat dalam komite sekolah anak dengan demikian anak merasakan perhatian orangtua. 

3. Menjadi TELADAN & IDOLA
Siapa yang ingin anak yang taat beragama? Siapa yang ingin melihat anak yang ramah dan sopan? Siapa yang ingin melihat anak bertanggungjawab dan mandiri? Mari sebagai orangtua memberikan contoh untuk ditiru sebelum menuntut mereka menjadi ini dan itu. 

 My Father is my mentor adalah workshop yang akhir-akhir sering didengungkan guna menggugah peran orangtua khususnya bapak atau ayah terhadap pendidikan anak dalam keluarga.  Hal ini untuk menghindari adanya ruang fatherness sebagai figure yang berperan dalam kehidupan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis. 

Jikalau kita ingin anak yang saleh dan cinta Allah, maka jadilah orangtua yang terus belajar dan menunjukkanya. Mengasihi Allah bisa diperlihatkan orangtua dengan menjadi contoh yang saleh, dengan mengkomitmenkan diri sendiri pada perintah-Nya, sehingga kita perlu “mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau sedang duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu dan pada pintu gerbangmu”(Ulangan 6:7-9). Kita harus mengajarkan anak-anak bahwa menyembah Allah itu harus konstan, bukan hanya pada hari Minggu atau doa malam saja.

Penelitian terhadap kerentanan keluarga dan survei well-being anak, ditemukan bahwa seorang ayah yang memiliki anak dengan lebih dari satu pasangan akan mempengaruhi kesehatan anak saat remaja dan penyimpangan perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ayah dan kesetiaan ayah untuk tidak berbagi dengan anak dengan ibu yang lain, akan memberikan well-being pada diri anak yang berujung pada kualitas kesehatannya.
Walaupun anak-anak belajar banyak hal melalui pengajaran langsung, mereka belajar jauh lebih banyak dengan melihat tingkah laku kita sehari-hari. Inilah mengapa sebabnya kita harus berhati-hati dalam segala hal yang kita lakukan.  

Saya sangat terinspirasi dengan kisah Naufal Raziq, pada laman sahabat keluarga, remaja yang kini berusia 16 tahun asal Aceh yang berhasil menjadi penemu arus listrik dari kedondong pada 3 tahun yang lalu. Prestasi ini berkat kesediaan sang Ayah, Supratman yang melibatkan Naufal pada bidang yang sedang digelutinya mengenai elektronik dan pengembangan energi baru terbarukan. Keingintahuan Naufal sebagai praktik dari pelajaran IPA di sekolah membuat ayah-anak ini melakukan percobaan pada buah-buahan sebagai energi penghantar listrik dan mengembangkan energi medan elektromagnetik untuk pengganti bahan bakar kenderaan. 

Percobaan mereka akhirnya menemukan bahwa kedondong dapat menjadi energi penghantar listrik. Karya keduanya mendapat apresiasi menjadi juara harapan I pada lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) tahun 2014 se-kota Langsa dan pada tahun berikutnya menjadi juara III sekaligus sebagai peserta unggulan pada TTG tingkat nasional. Prestasi mengagumkan membuka jalan pendidikan lebih tinggi dengan perolehan beasiswa dari kementrian ESDM, Agama bahkan sekolah Taruna Nusantara. Karyanya kini sudah dinikmati oleh warga Aceh bahkan negara lainpun sudah ada melirik inovasi ini. 
 4. Menjadi Mitra Guru yang PROAKTIF 
Dalam membangun masa depan anak yang berkarakter perlulah sinergitas antara orangtua dan guru di sekolah. Keduanya adalah mitra sehingga harus ada komunikasi yang baik. Saya melihat belum semua sekolah yang menyediakan ruang komunikasi antara guru dan orangtua sehingga baik di rumah dan sekolah anak mengalami 'program' yang sama. 
Mari menjadi orangtua yang aktif berkomunikasi dengan guru dan turut mewujudkan program sekolah seperti Gerakan Literasi sekolah untuk menumbuhkan minat membaca,  Seorang orator dan penulis dunia, Cicero meyatakan “a room without book like body without soul”. Membaca buku berkualitas akan mempercepat roda penggerak agenda perubahan, karena dalam buku yang dibaca tergambar isi dunia, letak, pelaku dengan segala karekater yang melingkupinya.  

Selain itu, orangtua juga harus rela berkorban menahan diri pada program pengasuhan anak, yaitu Gerakan 1821 untuk mengajarkan disiplin pada anak dalam menggunakan gawai hanya 3 jam, yaitu jam 18.00-21.00. Dengan demikian, kebiasaaan anak bersahabat dengan gawai akan berkurang selain itu memberikan ruang bagi anak mengenal kegiatan lain. Proses interaksi yang diterima anak dari keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk proses perkembangan selanjutnya di luar rumah.
Sebagai contoh yang sangat simple Speech delay atau keterlambatan bicara pada anak, memang disebabkan oleh beragam faktor. Untuk beberapa faktor tertentu, seperti kurangnya stimulasi, seorang anak bisa dibantu dengan terapi wicara yang banyak tersedia di rumah sakit dan klinik tumbuh kembang anak.  Meskipun demikian peran orang tua juga tidak kalah penting.

Menjadi orangtua merupakan pilihan hidup dan hampir dipastikan semua pasangan ingin memiliki buah hati sebagai penerus keluarga yang juga penerus bangsa. Generasi yang kuat dihasilkan oleh keluarga hebat dan keluarga tercapai bila orangtua mau terlibat dalam pendidikan anak. 

Semoga 4 AKSI di atas dapat menjadi inspirasi bagi ayah-bunda dalam upaya pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan di era kekinian dimana orangtua dan guru menjadi mitra sejati. Selamat berjuang! #sahabatkeluarga 


https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4775
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4776
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4777

Friday, August 3, 2018

HOAX ITU VIRAL SALAH SIAPA?

Halo kawan2...selamat weekend ya...

Zaman milenial tidak hanya menawarkan serba instan dan kaya inovasi teknologi tetapi juga memaksa kita untuk mengikutinya. Seperti smartphone yang digunakan bukan sekedar mendapatkan hiburan tetapi juga sudah menjadi kebutuhan bak asisten RT. 



POSISI 5 BESAR DUNIA
Pada tahu gak, Indonesia tercatat menjadi negara ke-lima di dunia sebagai pengguna internet paling besar dan urutan ke-empat di kawasan Asia. Wow! prok..prok...bisalah tepuk dada ya.... (emang prestasi ya??).






Coba dicek hampir semua masyarakat Indonesia memiliki smartphone entah untuk sekedar prestise atau memang mampu mengopreasikannya. Ya, kayaknya orang Indonesia itu kan gengsinya tinggi dan gak mau dong mati gaya. Demi gengsi rela ngelakuin apapun. Hayo,,,ngaku kamu gitu juga ya??
Saya pernah juga ketemu dengan orang punya smartphone dengan seri canggih dan dandanan mewah (ya iyalah ya matching kan ya). Eh sayangnya cuma bisa dipakai untuk sekedar berkomunikasi yang lainnya ga tau..capeee deh..pengen deh serobot tuh henpon apalagi yang punya masih muda coyyy..

KEGIATAN BERMEDIA SOSIAL & HOAX



Smartphone dan kuota adalah pasangan serasi. Dengan adanya kuota penjelajahan dunia maya bisa sampai ke negara antah berantah dan menjadi jendela dunia. Informasi mengenai apapun dan kapanpun bisa didapatkan selagi masih ada kuota.Nah, masalah akan muncul bila tidak ada pengawalan terhadap informasi yang didapatkan, yaitu hoax atau berita bohong.



Sekarang kan tren adanya grup-grup entah whatsapp atau telegram, dll dengan anggota bisa ratusan orang. Tentu kita percaya informasi yang beredar disana apalagi sharing dari seorang yang dihormati dalam grup. Biasanya kita akan tergoda juga untuk sharing kepada yang lainnya begitulah mudahnya informasi viral padahal tidak ada yang melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut.

Pernah dengar The clicking monkeys ga? The clicking monkeys adalah sebutan bagi orang yang yang riang gembira mengklik telepon selulernya untuk mem-broadcast hoax ke sana-kemari, me-retweet, atau mem-posting ulang di media sosial. Mereka seperti kumpulan monyet riuh saling melempar buah di hutan. Agar tidak ketahuan lugu, biasanya mereka menambahkan kata seperti: “Apa iya benar info ini?” atau “Saya hanya retweet lhoo.” Ada satu lagi, buzzer. Awalnya buzzer adalah kegiatan seseorang atau sekelompok untuk mempublikasikan atau memberitakan hal-hal positif tentang kegiatan, produk, atau selebriti, dll dan bisa jadi malah melakukan hal sebaliknya. 

Berkat merekalah info makin tersebar. Makin menyebar hoax itu, kian “seolah benar”. Anehnya, para monkey dan Buzzer akan kehilangan gairah saat informasi yang benar akhirnya muncul. Iya, kalau semua yang mendapatkan informasi yang salah mengetahui kebenarannya, kalau tidak? Dalam dunia saat ini informasi yang  disebarkan berulang-ulang dan mencapai khayalak ramai dengan intensitas yang massif bisa dianggap menjadi sebuah kebenaran umum. 

HOAX SUBUR KARENA MALAS BACA 
Hoax bisa menyerang siapa saja termasuk negara kita. Akibatnya terjadilah kegaduhan baik di dunia maya maupun nyata. Banyak berita dari Sabang sampai Merauke yang menggaggu ketentraman dan kedamaian. Para clicking monkeys dan buzzer senang tuh...Ngeri kali kan?? Nah, menurut kawan-kawan itu salah siapa? Siapa yang pantas mendapatkan jari telunjuk?

Kalau kita jujur (ciee,,,) dan pikir-pikir (yang mau mikir ya..), hoaxnya viral bukan hanya karena media atau buzzer tapi karena kita yang telah menyebarkannya. Kita ga pake ngecek ini info benar atau ga dan asal maen share aja. Kenapa? Bisa jadi karena informasi itu sesuai dengan selera kita dan yang lebih fatal karena malas mencari atau membaca informasi yang serupa.

Ironis, sampai saat ini Indonesia masih berada di urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei untuk masalah minat baca. Padahal semua masyarakat punya cita-cita tinggi tapi gimana bisa tercapai kalau malas membaca?


HOAX SUBUR KARENA TIDAK CERDAS 
Selain kurang minat membaca ada masalah kemampuan menahan emosi untuk terlebih dahulu melihat fakta dan bukan selera. Semakin terbukti bahwa intelektual bukanlah satu-satunya pembentuk karakter tetapi harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Masih jelas, banyak orang 'bersekolah' justru termakan hoax bahkan terjerat hukum karena menjadi penyebar hoax. Para dosen dari berbagai perguruan tinggi, guru agama, bahkan anggota dewan dan pegawai negeri sipil. Makin ngeri khan? Indonesia darurat hoax kayaknya cocok. 

LAWAN HOAX MULAI DARI DIRI SENDIRI
Siapa yang ingin negeri damai tanpa hoax? Saya! Sudah tidak ada gunanya menunjuk jari menyalahkan orang lain Bagaimana caranya?

- Jadilah pribadi yang skeptis ketika menerima informasi
Yuk, kita cermati dan ragukan informasi yang kita terima. jadilah pribadi yang akfif dengan bertanya dengan orang lain, mencari pembanding di goole melalui portal-portal berita yang terpercaya terutama akhir-akhir ini banyak hoax tentang agama sehingga masyarakat saling menjaga dan menghormati perbedaaan dan agama orang lain. Mari perdalam agama masing-masing dan jangan sampai persaudaraan tercederai hanya karena perbedaan yang memang identitas bangsa.

- Sebarkan bila benar dan membangun
Setelah mengecek kebenaran informasi yang diterima pastikan hanya menyebarkan informasi yang benar. Bila informasi hoax hentikan di kamu saja atau bisa juga memberitahukannya kepada orang atau grup dimana informasi itu disebarkan supaya rantainya diputuskan

- Melatih diri untuk literasi media dan digital
Akhir-akhir ini kita sering dihadapkan dengan istilah literasi. Ada Gerakan Literasi Nasional (GLN), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan sebagainya. Islilah literasi hampir setiap hari bisa kita temui di media cetak atau daring.  Apa sih literasi itu? 
literasi adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan  individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Literasi digital dan media akan memampukan seseorang cerdas dan kritis terhadapat informasi di media sosial sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik

- Bergabung dengan komunitas Anti hoax
Salah satu masalah manusia milenial adalah cuek. Karena itu jika dimungkinkan bergabunglah dengan komunitas literasi di kotamu ataupun mendukung secara online. Kita menjadi 'agent' berpengaruh sehingga anak-anak Indonesia dan masyarakat tidak gampang dipengaruhi hoax yang bisa merusak persatuan dan kerukunan di negara kita. 
Dengan cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi oleh berita-berita hoaks yang dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara Cerdas Mencegah Penyebaran "Hoax" di Media Sosial", https://nasional.kompas.com/read/2017/11/07/08020091/cara-cerdas-mencegah-penyebaran-hoax-di-media-sosial.

Dengan cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi oleh berita-berita hoaks yang dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara Cerdas Mencegah Penyebaran "Hoax" di Media Sosial", https://nasional.kompas.com/read/2017/11/07/08020091/cara-cerdas-mencegah-penyebaran-hoax-di-media-sosial.
Hoax itu salah siapa? Tidak terlalu penting. Bagi kita saatnya bersatu melawan hoax supaya kedamaian dan ketentraman bisa dinikmati di persada pertiwi. Kita pasti menang melawan hoax!



Silahkan baca juga tulisan saja di sini

https://www.kompasiana.com/roulinakrista/5b62b261677ffb3adf763ec7/orang-beriman-anti-hoax-santun-bermedia-sosial

Wednesday, July 25, 2018

DIBALIK " STOP DISCRIMINATION OR SAY NO RACISM"


Heieyyyy kawan2...Sekedar berbagi opini melihat fenomena belakangan ini...



Kita semua tentu setuju kan kalo perbedaan merupakan karya mahaindah Allah? Eh setuju kalian kan? Kalau kita yang beragama sudah mengerti bahwa sedari penciptaan Allah telah memperkenalkan perbedaan dalam 6 hari penciptaan dan bagi Allah semuanya hasil pekerjaannya "sungguh amat baik". Karena itu sebetulnya kita tidak perlu 'alergi' atau 'shok juga sok' ketika mendengar atau mengalami perbedaan. Wong dari sononya, penciptanya maunya begitu.
Belakangan ini ramai sekali perbincangan tentang perbedaan jati diri seseorang sebagai alat atau isu pertengkaran/permusuhan dan merusak keindahan persaudaraan. Indonesia yang begitu dikenal dengan persaudaraan atau toleransi sepertinya sedang diuji oleh adanya pemikiran dan tindakan intoleransi bahkan sampai bigot. Eitss kamu tahu kan artinya bigot? Terkhusus beberapa tahun belakangan ini kita sedang merayakan pesta demokrasi, pemilihan kepala daerah.





Benturan diskriminasi SARA dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara semakin meluas dan menimbulkan ketidaknyamanan. Sudahlah kita lupa para founder dan pejuang kemerdakaan melakukan segala daya upaya supaya Indonesia merdeka dari penjajahan. Indonesia merdeka dengan takdir kaya alam dan beragam suku dan agama sejak dari awalnya.

Sedih rasanya menjelang 73 tahun kemerdekaan Indonesia justru semakin ditemukan hasrat penjajahan. What?? Ya, tapi bukan penjajahan dari orang lain atau negara asing, kawan. Suka atau tidak dan setuju atau tidak setuju, ditemukan adanya perasaan superior dari golongan tertentu yang memiliki hasrat tersebut. Entahlah mereka secara sadar telah menjajah hak dari warga yang lain dengan melakukan diskriminasi. Sayangnya, negara terlihat lamban menegur dan mengingatkan mereka sehingga sepertinya perbuatan superior semakin menjadi-jadi.



Diskriminasi bukanlah isu baru di dunia ini dan ada banyak golongan dan negara belum pulih dari isu ini dan sangat disesalkan bila hal tersebut dijadikan 'mainan' di Indonesia. Ada banyaklah berita di berbagai daerah dan dunia sampai kepada kita melalui dunia maya maupun media cetak bahkan mungkin terjadi di depan mata. Apa yang bisa dilakukan? Banyak memilih DIAM.

Entah sadar atau masih terbius, aku menemukan orang atau kelompok yang sebenarnya senang melakukan diskriminasi justru marah ketika bagian dari kelompoknya mengalami diskriminasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Kenceeeeeeeng banget berteriak " Stop discrimination"! No Racism! hmm....Lempar batu sembunyi tangan kan?



Sebagaimana dari awal semua yang ada tercipta dengan mahaindah dan pastinya 'chaos' ini bukanlah bagian dari rencanaNya. Seperti pada lagu om Ebiet G Ade berjudul Berita kepada kawan ada lirik mungkin Tuhan mulai bosan dengan melihat tingkah kita bisa jadi kejadian diskriminasi yang dialami oleh kelompok kita sengaja diijinkanNya untuk kita lihat untuk menguji rasa kemanusiaan.

Tetapi kita juga mengenal Tuhan yang mahakasih pada umatNya. Melalui peristiwa itu bisa jadi Ia sedang memberikan pengertian yang sederhana tentang apa itu diskriminasi dan bagaimana rasanya jika berada pada posisi itu. Kalau reaksimu marah dan bersedih sadarilah manusia lainnya juga merasakan hal yang sama. 

Ada nasihat lama "Kalau sakit kena dicubit, janganlah cubit orang lain". Rasa sakit dan luka yang dirasakan bisa jadi peringatan Tuhan supaya kamu jangan melakukan diskriminsi dalam bentuk apapun kepada siapapun, dimanapun, dan atas nama apapun. Ingatlah hukum karma, tabur-tuai itu masih berlaku di dunia ini.


Jadi kawan, sebelum kamu teriak 'STOP DISCRIMINATION or SAY NO TO RACISM'  dengan jari telunjuk pada orang lain, ingatlah disaat yang sama ada 4 jari lain meminta pertanggungjawaban nuranimu..apakah juga kamu sang pelaku????




**Berbeda bukan berarti musuh. Allah adalah KASIH, kenalilah Allahmu dan amalkanlah ajaranNya**

Thursday, July 19, 2018

LIRIK DAN TERJEMAHAN LAGU WOMAN-DELTA GOODREM (PART 3)


Heiiii good people,,,semoga kabar baik ya..
Waktu bersih-bershi PC aku nemu file word yang berisi lirik Woman-nya Delta Goodrem yang dirilis tahun 2007. Kucoba mengingat kapan dan koq bisa lirik ini khusus tersimpan. Ah, benar-benar ga ada clue...**tepok jidat**

Lirik lagu ini sangat bagus tentang keinginan wanita yang sesungguhnya (ceileee..;). Cukup simpel sebenarnya namun menjadi hal sulit bagi kaum lelaki apalagi suami. Sesimpel pernyataan Ari lasso dalam lagunya "rahasia perempuan" tapi tetap saja wanita belum mendapatkan perlakuan yang diinginkannya. Mungkin mendapat curhatan dari banyak perempuan membuat Delta termotivasi ingin mewakili rasa wanita terkhusus yang telah menjadi nyonya. Semoga para lelaki terketuk hatinya ya hahahha... seperti apa sih...yuk cekidot! Silahkan komen kalau ada kosa kata yang lebih 'ngena' hati...


WOMAN (WANITA)

I worked late but you don't wait up
Aku bekerja lembur tapi kamu tidak bisa menungguku 
My bones ache and I'm cleaning the place up
 Tulang-tulangku sampai sakit dan aku masih membersihkan rumah
Sometimes I don't even know I care
Terkadang aku tidak sadar harus merawatnya
I sit down take off my make-up
Aku duduk sambil membersihan sisa riasan
I lay down but you don't wake up
Kucoba tidur di sisimu tapi kamu tetap tidur
Sometimes I wonder if you know I'm there
 Terkadang aku bertanya dalam hati entah kamu tahu aku sudah di sini
I can't remember the last time you
 Ku sudah lupa kapan terkahir kalinya
Told me I'm beautiful, and I can't remember
 Kamu memuja bahwa aku cantik, dan aku lupa
Last time you said anything at all
kapan terakhir kamu bercerita tentang semuanya

I'm a woman
Aku wanita
A woman with a heart
Aku wanita yang punya hati
And I deserve your all
dan aku berhak memilikimu seutuhnya
I'm not some girl who don't know what she wants
Aku bukan seperti wanita yang tidak tahu apa yang diinginkannya
 I'm a woman
Aku wanita
And I need to be touched
dan aku rindu dirayu 
And I need to be loved
dan aku butuh dicintai/disayang
Cause being just your woman is not enough
karena status sebagai wanitamu saja tidaklah cukup
Now I hope that you don't wake up
Kni aku yakin kamu masih tertidur
When it's too late to make up
Tatkala merasa sudah terlambat untuk berdandan
You'll be the one that's alone and that's sad
kamu akan kesepian dan tentu menyedihkan
In time you'll find somebody
pada saat kamu membutuhkan orang lain
The truth is she'll never be me
Yang pasti itu bukanlah diriku
And that's when you're going to miss what we had
dan akan ada saatnya kamupun merindukan masa-masa kita berdua
When all I really needed to hear was "you're beautiful"
Saat yang paling aku ingin dengar adalah "kamu memang cantik"
All I really needed to hear was anything at all
 Aku ingin sekali mendengar cerita tentang semuanya

 I'm a woman
Aku wanita
A woman with a heart
Aku wanita yang punya hati
And I deserve your all
dan aku berhak memilikimu seutuhnya
I'm not some girl who don't know what she wants
Aku bukan seperti wanita yang tidak tahu apa yang diinginkannya

 I'm a woman
Aku wanita
And I need to be touched
dan aku rindu dirayu 
And I need to be loved
dan aku butuh dicintai/disayang
Cause being just your woman is not enough
karena status sebagai wanitamu saja tidaklah cukup

I'm not your friend who only needs you sometimes
Aku bukanlah sekedar teman yang hanya menginginkanmu jika diperlukan saja
And if I'm your lady
Dan jika aku adalah wanitamu
You got to treat me like
Kamu harusnya memperlakukanku sebagai
A woman needs your heart
Seorang wanita yang membutuhkan rasa sayangmu
A woman needs your all
Seorang wanita yang ingin memilikimu secara utuh
A woman needs your everything
Seorang wanita yang menjadi segala-galanya bagimu
And I need to be touched
dan aku rindu dirayu 
And I need to be loved
dan aku butuh dicintai/disayang
And I deserve your everything
dan aku berhak memilikimu seutuhnya

I'm a woman
Aku wanita
I'm a woman
Aku wanita
I'm a woman
Aku wanita

 Penulis lagu: Wayne Anthony Hector / Steven Mccutcheon