Friday, November 9, 2018

SENSASI NARKOBA PADA AIR REBUSAN PEMBALUT?



Alamak...ngeri-ngeri sodap memang kejadian belakangan ini. Beberapa hari ini sontak dikejutkan anak-anak jalanan yang terjaring dan mabuk-mabukan dengan rebusan pembalut. What, pembalut??? Kalau mabuk janda udah biasa ya.....malahan ada lagunya hehehe...

ok....serius nih ya.

Di Jateng, tepatnya di Kudus, sejak 3 bulan lalu badan BIN sudah mendapatkan informasi dari masyarakat tentang semakin seringnya anak-anak jalanan berusia  remaja, 3-16 tahun yang mabuk-mabukan dengan cairan rebutan pembalut wanita.

Setelah melihat kondisi tersebut, mereka bersinergi dengan psikolog yang telah bekerjasama dengan BNNP (Badan Narkotiba Nasional Propinsi). Hasilnya, sangat mengejutkan karena diantara psikolog tersebut juga sedang menangani kasus seperti itu.

Dari pengakuan pemakai diketahui bahwa mereka sebenarnya melakukan coba-coba sampai akhirnya ekperimen mereka menjadi viral karena merasakan sensasi narkoba yang bisa membuat mabuk kepayang. Hal ekstrim seperti ini dilakukan oleh pecandu yang semakin sulit mendapatkan narkoba lalu 'meracik' dengan zat atau obat-obatan lain dengan biaya murah dan gampang.

Dengan cara merebus pembalut dan meminum airnya setelah dingin mereka merasakan nge-fly cara terbaru. Fenomena seperti ini mirip dengan menghirup lem (nge-lem) atau obat batuk yang juga pernah membuat resah orangtua yang memiliki anak remaja. Sugesti yang didengar semakin meluas membuat tren mabuk dengan pembalut ini sudah ditemukan di Jawa Barat, Jakarta bahkan Sulawesi.

Sayangnya, BNN tidak bisa menindak mereka memang tidak ada dasar hukumnya. Air rebusan pembalut tidak termasuk sebagai zat-zat berbahaya dan terlarang.

Menurut informasi, pembalut wanita mengandung berbagai bahan di antaranya kapas, campuran bubuk kayu, bahan kimia klorin, alkohol, dan kloroform. Gel pada pembalut diduga kuat mengandung klorin yang jika dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan dan bisa mengakibatkan gatal pada kulit, sesak napas, sakit tenggorokan, iritasi mata, hingga kerusakan hati. Wadoh...berbahaya ternyata ya...

Menurut ahli farmasi BNN sebenarnya peristiwa ini sudah pernah terjadi. Namun, kasusnya mengendap dan sekarang terjadi lagi. Karena itu, baik dinas kesehatan dan ahli farmasi saat ini sedang melakukan penelitian tentang kandungan zat-zat yang terdapat dalam pembalut dan bagaimana hal tersebut bisa membuat mabuk.

Dari sisi psikolog menilai kelakuan ini sangat tidak lazim yang bisa diakibatkan penurunan kesadaran seseorang sampai mereka tidak tahu lagi apa yang akan dimakan.Kemungkinan lain karena adanya permintaan tubuh yang tidak dipahami oleh individu itu sendiri atau bisa juga mengalami Pica, yaitu perilaku makan yang ditandai dengan mengkonsumsi benda yang tidak lazim, contohnya kisah perut yang dipenuhi paku.

Apapun hipotesa saat ini masih harus dibuktikan. Semoga penelitian tim BNN segera mengungkap misteri pembalut yang bisa memberikan sensasi narkoba. Semoga segera ya gaes....

............................................................................................................................................................

Untuk masalah narkoba, Saya ingat betul, Indonesia dinyatakan darurat narkoba dan melakukan perang terhadap narkoba. Sayangnya upaya BNN masih saja terendus oleh pengedar yang lihai sehingga tetap saja narkoba yang beredar.
 Penyelundupan narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia diperkirakan jumlahnya jauh lebih besar dibanding keberhasilan aparat membongkar kasus-kasus seperti ini, kata seorang mantan pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN).
Direktur Penindakan BNN, Benny Jozua Mamoto menyatakan dari survei BNN, keberhasilan aparat penegak hukum mengungkap penyelundupan narkoba 'baru sekitar 10%'. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan wilayah sasaran penyelundupan jaringan narkoba internasional, karena permintaan konsumsi narkoba masih tetap tinggi.


Amnesty International menyatakan sepanjang tahun 2017, polisi Indonesia menembak mati di tempat 98 terduga pengedar narkoba, naik tajam dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 18 orang. Organisasi pegiat hak asasi itu juga mendesak pemerintah agar segera melakukan penyelidikan terhadap tindakan yang seharusnya menjadi pilihan aksi terakhir petugas.



Aksi petugas yang menjadi bagian dari Badan Narkotika Nasional (BNN) ini kemungkinan besar didasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo pada bulan Juli 2017 yang mendesak kebijakan lebih tegas dalam menangani kejahatan terkait narkoba.

Kebanyakan narapidana merupakan pemakai dan pengedar narkoba. Sialnya realita menunjukkan peredaran narkoba masih bisa dikendalikan dari balik jeruji membuat transaksi tetap lancar jaya.(Hadeeeh)

Meskipun demikian, hal yang tidak berubah adalah dukungan kita untuk ekseskusi mati bagi pengedarnya. Mayoritas kita memandang narkoba sebagai musuh bersama karena telah 'melumpuhkan' agenda regenerasi bangsa kita.

Khusus untuk orangtua untuk peduli dengan lingkungan bermain anak remajanya. Sudah terlalu banyak berita yang menunjukkan perilaku kenakalan remaja yang pada titik mengkuatirkan seperti yang sedang viral saat ini.

Selain kehangatan dalam keluarga, saya menilai lingkungan agama juga sangat mendukung. Seperti saya yang beragama kristen, penatua gereja dan organisasi kristen harus memberi ruang bagi remaja untuk berkarya dan mengaktualisasikan diri dengan pembinaan yang baik. Kegiatan seperti PA, Retreat, kapita selekta bakat, bakti sosial, pertandingan olahraga, dan yang lainnya haruslah tetap dilakukan. Dengan demikian remaja memiliki mental dan spiritual yang kuat dan bisa menjadi berkat bagi sesamanya remaja.


Karena itu, perang terhadap narkoba bukan saja tugas pemerintah tapi juga beban seluruh masyarakat khususnya orangtua agar bergandeng tangan melakukan pencegahan yang efektif.

No comments:

Post a Comment