Friday, January 11, 2019

Melangkah meski tak pasti?


Hai, gaess...
Kala menjelang akhir tahun biasanya banyak dari kita melakukan evaluasi trus membuat perencanaan untuk tahun mendatang. Dulu zamannya mahasiswa, kala aku aktif di salah satu unit kegiatan mahasiswa juga melakukan evaluasi program kerja per triwulan atau semester. Enam bulan pertama menjadi semester A dan sisanya semester B. Setelah melakukan evaluasi akan ada pemaparan program untuk semester B yang biasanya lebih kepada aksi untuk mencapai target atau visi misi tahunan yang sudah dibuat. Nah, kegiatan seperti itu menjadi kebiasaan juga kala akhir tahun tiba..(tapi sekarang ga begitu lagi sih)

Mimpi dan harapan kita untuk hari, minggu, bulan, tahun, bahkan hitungan ke depan pastilah selalu yang terbaik. Karena itu, kita bersedia berlelah melalukan evaluasi lalu mencari strategi baru dengan membaca, sharing kepada orang lain, mengikuti pelatihan/training, atau bisa juga dengan menonton mencari inspirasi dengan tujuan adanya JALAN PASTI yang akan dijalani. Meski kenyataannya tidak semua rencana itu bisa terwujud indah, sebagian masih berada dalam genggaman doa.

Meski kita mengakui kita umat beragama. nyatanya seringkali kita lupa diri mengakui kalau sebenarnya kendali hidup ini bukan kita yang punya bahkan ujung perjalanan hidup ini sebenarnya adalah atas nama master plan sang Pencipta.

Setiap orang terlahir ke dunia bukan suatu kebetulan atau sekedar keinginan dari orangtuanya. Melenceng sedikit ya, bukankah banyak keluarga yang sampai akhir hayat romantis berdua saja tanpa kehadiran anak?  Atau anak lahir kemudian cepat saja sudah dijemput ke alam baka? Ya, misteri sang maestro kehidupan ini tetap saja di luar jangakauan nalar kejeniusan kita.

Ketika perencanaan kita masih samar atau kajol-alias kagak jolas, apakah kita lalu berhenti seolah-olah menghentikan laju sang waktu dan pergantian hari? Atau kamu jadi berondok ga mau kerja, mogok sekolah, menyepi ke hutan kalau lembar rencanamu belum rampung, atau ngambek? Jawabnya TIDAK. Kenapa? cok kita tanya diri masing-masing. Pada titik itulah kita menyerah dan berserah pada Sang Pemilik kita dan kita biasa menyebutnya dengan BERIMAN. Aku kurang tahu istilah apa yang dipakai oleh Atheis (atau mereka mikirin itu ga ya? (*kepo*)



APAKAH iman itu? Iman ialah keyakinan bahwa apa yang kita inginkan akan terlaksana. Iman ialah kepastian bahwa yang kita harapkan sudah menantikan kita, walaupun hal itu belum dapat kita lihat sekarang. Tokoh-tokoh dalam Alkitab tertulis dan dikenal karena iman mereka.
Karena iman—karena percaya kepada Allah—kita tahu bahwa dunia dan bintang-bintang bahkan segala sesuatu, dijadikan atas perintah Allah, dan bahwa semua itu dijadikan dari yang tidak ada.
Orang-orang beriman yang saya sebutkan ini mati sebelum mendapat semua hal yang dijanjikan Allah kepada mereka. Tetapi mereka yakin bahwa segala sesuatu yang dijanjikan itu akan dipenuhi kelak.

Mereka senang, sebab mereka mengakui bahwa dunia ini bukan rumah mereka yang sesungguhnya, mereka hanyalah tamu yang datang berkunjung. Dan bila mereka berkata demikian, tentulah mereka mengharapkan rumah yang sebenarnya di surga kelak. Seandainya mereka mau, mereka dapat kembali kepada hal-hal yang indah di dunia ini. Tetapi mereka tidak mau. Mereka hidup untuk surga. Dan sekarang Allah tidak malu disebut Allah mereka, sebab untuk mereka telah diciptakan-Nya suatu kota surgawi.

Bagi Sang pencipta kita, kota sorgawi (yang lain mungkin menyebutnya nirwana) adalah tempat perhentian dari kehidupan seseorang yang pernah terlahir di dunia. Sejauh mana langkah demi langkah entah sebentar saja entah sampai rambut beruban adalah urusanNya, bagian kita berusaha tetap memilih dalam koridor yang diinginkanNya karena pada kenyataannya ada aja koridor yang mirip-mirip atau ala-ala alias palsu. Ya, seperti istilah sekarang, rumput tetangga selalu lebih hijau, terkadang kita salah pilih dan tergiur hijaunya koridor di sebelah. Lantas dihempaskan? No, kasih sayangNya memberi kita kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan mengambil hikmahnya. Pengertian-pengertian baru atau hikmah itu membuat pemikiran kita semakin mampu menentukan pilihan.

Nah, bagaimana supaya tetap berada dalam koridorNya? Tautkanlah hati kepadaNya! Seperti sepasang kekasih, meski sedang terpisahkan jarak dan waktu, asalkan hati tetap terpaut tak lah jadi halangan, begitulah katanya...terpaut dalam KOMUNIKASI. Begitu juga denganNya, tetap berkomunikasi dalam doa-doa baik yang terucap dari mulut atau dalam jeritan batin. Setiap kita punya rencana selalu terselip rayuan kepada Tuhan agar rencana berhasil dan terkabul. Gagal bisa jadi, malah mungkin gagal total! Tapi selalu saja kita BERANI membuat rencana baru kan??

Nah, kembali ke laptop, Ketidakpastian adalah bahasa manusia yang terbatas, sesungguhnya bagi Sang maestro segalanya terpampang nyata.  Karena itu, tetaplah ayunkan langkah meski jalanan di depan masih bagai remang pagi hari. Ingat DIA lebih tahu apa yang kamu perlukan dan kamu punya IMAN untuk mengetahui rencanaNya.

Selamat melangkah menuju kotaNya!











No comments:

Post a Comment